Abu Al-Wafa 'al-Buzjani (Today in History:10 Juni)



You have to do something pretty great to get a moon crater named after you.

Kamu harus melakukan hal yang sungguh hebat agar namamu bisa digunakan sebagai nama kawah di bulan. Begitulah yang dituliskan Google Doodles sebagai pembuka dalam memperkenalkan Muhammad bin Yahya bin Ismail bin Al-'Abbas (atau lebih dikenal dengan nama Abu Al-Wafa Al-Buzjani), yang lahir hari ini, 10 Juni 1075 tahun yang lalu di sebuah kota kecil bernama Buzhgan (sekarang Torbat-e Jam), Khurasan.

Nama Abu Al-Wafa telah digunakan sebagai nama salah satu kawah di bulan.

Apa yang telah dia lakukan? Apa prestasinya?

an innovator whose contributions to science include one of the first known introductions to negative numbers, and the development of the first quadrant, a tool used by astronomers to examine the sky. His pioneering work in spherical trigonometry was hugely influential for both mathematics and astronomy.

Menurut Google Doodles, beliau adalah seorang inovator yang berkontribusi dalam science. karyanya berupa angka negatif dan pengembangan kuadran pertama digunakan para ahli astronomi untuk memahami antariksa. Karya perintisnya berupa Spherical Trigonometry (saya pun kurang paham itu apa, bisa googling aja) berpengaruh besar dalam dunia matematika dan astronomi.

Kehidupan Abu Al-Wafa
Sejak masih kecil, kecerdasan Abu al-Wafa’ sudah tampak dan hal ihwal itu ditunjang dengan minatnya yang besar di bidang ilmu alam. Dia belajar matematika dari pamannya, Abu Umar al-Maghazli, dan Abu Abdullah Muhammad Ibn Ataba. Sedangkan ilmu geometri dikenalnya dari Abu Yahya al-Marudi dan Abu al-Ala’ Ibn Karnib.

Masa sekolah dihabiskan di kota kelahirannya itu. Setelah berhasil menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah pada 959 M, Abu al-Wafa’ yang kala itu berusia 19 pindah ke Baghdad. Ia meneruskan pendidikan di sana dan menetap selama empat puluh tahun. Saat itu, Baghdad memang terkenal sebagai pusat ilmu pengetahuan. Pelbagai literatur ilmu pengetahuan mudah didapatkan di kota itu.

Pihak kerajaan memilih Abu al-Wafa’ untuk memimpin observatorium astronomi yang telah dibangun di taman kota Baghdad. Hasil perhitungannya sangat akurat dan analisisnya diakui para ilmuwan sesudahnya, terutama analisis mengenai penentuan waktu terbit matahari, perkiraan panjang musim, dan derajat kemiringan bumi dari garis ekliptikanya.

Karya - Karya Abu Al-Wafa
Karya-karya Abu al-Wafa’ di bidang astronomi dan matematika memang melimpah, tetapi sayangnya banyak yang hilang. Komentar-komentar kritis darinya terhadap karya-karya matematika dan astronomi Yunani juga banyak yang tidak berbekas lagi.


Betapapun, karya Abu al-Wafa’ berjudul al-Kamil telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa Eropa, salah satu di antaranya oleh Carra de Vaux dalam bahasa Perancis pada 1892. Buku itu mirip dengan kitab klasik terkenal Almagest, yaitu sebuah buku besar yang disusun Claudius Ptolemeus yang diterbitkan di Alexandria pada 140 SM. Buku teks daras itu berisi pengetahuan astronomi kuno dan menguraikannya berdasarkan pandangan geosentrisme.

Menurut Seyyed Hossein Nasr (1968), meskipun al-Kamil merupakan versi Almagest yang disederhanakan, Abu al-Wafa' juga membahas bagian kedua eveksi Bulan sedemikian rupa sehingga sarjana Perancis L.A. Sedillot pada abad ke-19 menganggapnya sebagai penemuan ilmuwan Baghdad itu. Dalam buku itu, Abu al-Wafa’ berhasil memperbaiki kekeliruan dan teori Ptolemeus mengenai gerak Bulan.

Sebagaimana umumnya sarjana muslim klasik, selain menguasai astronomi, Abu al-Wafa’ juga mahir dalam matematika. Menurut Husain Heriyanto (2011), jasa terpenting Abu al-Wafa’ terletak pada bidang trigonometri. Salah satu kontribusinya dalam trigonometri adalah mengembangkan fungsi tangen dan menemukan metode untuk menghitung tabel trigonometri. Ia juga dianggap sebagai orang yang pertama kali memperkenalkan sinus dan kosinus.

Trigonometri merupakan istilah dari bahasa Yunani, yakni trigonon (tiga sudut) dan metro (mengukur). Trigonometri memiliki peran sangat vital dalam matematika modern. Saat arsitek menegakkan bangunan-bangunan tinggi yang kokoh dan megah, mereka memerlukan ilmu trigonometri. Mereka tidak akan bisa membangunnya dengan baik jika tidak menguasai ilmu trigonometri dengan baik pula.

Abu al-Wafa’ juga mengembangkan rumus geometri yang merupakan induk dari trigonometri. Salah satunya adalah pemecahan soal geometri dengan kompas.

Menurut Jay Bonner (2017), secara umum, karya-karya Abu al-Wafa’ dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, sesuai bidang ilmu yang dikuasainya, yaitu:

Pertama adalah karya-karya yang merupakan penjelasan atas karya ilmuwan lain. Misalnya, dia menjelaskan teori aljabar dari tiga ilmuwan yang memiliki latar belakang dan kebangsaan yang berbeda. Ada tiga buku yang ditulisnya untuk menjelaskan teori aljabar versi Deofantos, Abarchos, dan Al-Khawarizmi. Sayang, semua buku ini hilang, sehingga kita tidak bisa mendapatkan pemikiran utuh yang disampaikan Abu al-Wafa’.

Kedua ialah semacam buku panduan atau acuan bagi orang yang bekerja berdasarkan teori geometri, seperti arsitek. Di antaranya adalah buku berjudul al-Handsa (Geometri Terapan), Al-Kitab al-Kamil (Buku Lengkap), dan Ilm al-Hisab (Buku Praktis Aritmatika). Dalam buku-buku tersebut dijelaskan secara lengkap tentang cara baru menghitung segi empat dan persamaan tingkat empat, segitiga, lingkaran, dan bermacam bangun lainnya. Buku ini ditulis menjelang akhir hidupnya dengan dibantu para ilmuwan lain yang mampu menggambar tanpa bukti matematis.

Ketiga ialah buku-buku yang tergolong dalam bidang astronomi antara lain al-Majesty dan al-Zayj. Buku-buku tersebut menjadi semacam ensiklopedia yang menjadi acuan para ilmuwan untuk mempelajari pergerakan bintang dan benda langit lainnya.

Abu al-Wafa’s legacy demonstrates the monumental importance of some of history’s lesser known scientists.
Karya peninggalan Abu Al-Wafa menunjukkan bahwa banyak ilmuwan yang karyanya begitu monumental namun kurang dikenal dalam sejarah.

Abu al-Wafa’ meninggal dunia di Baghdad pada 15 Juli 998 M. Ia dihormati hampir semua orang di seluruh wilayah kekhalifahan, terutama mereka yang mencintai matematika dan ilmu pengetahuan.

Source: GoogleDoodles, Wikipedia, Tirto.id
Abu Al-Wafa 'al-Buzjani (Today in History:10 Juni) Abu Al-Wafa 'al-Buzjani (Today in History:10 Juni) Reviewed by Muhammad Najmuddin on June 10, 2020 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.