The Awesomeness of The Beginning of Ramadhan (Part 1)

Tak terasa sudah kembali memasuki bulan Ramadhan kembali. Rasanya baru setahun yang lalu bulan yang selalu ditunggu-tunggu umat Muslim ini datang. Di edisi bulan Ramadhan kali ini, yaitu edisi tahun.. berapa ya.. googling dulu deh.. bentar ya.. Oooohhhh 1435 Hijriyah, di tahun ini, beberapa hari sebelum datangnya bulan puasa, ada beberapa kejadian yang hampir mirip dengan kejadian saat beberapa hari sebelum bulan puasa tahun lalu.

Beberapa hari sebelum Ramadhan tahun lalu, saya masih berada di Negeri Andalas, menjadi seorang penjaga toko baju muslim Dannis sekaligus numpang jadi Front Officer di bimbel yang 'tadinya' saya bangun. Saat itu, saya selalu mengenakan pakaian rangkap lebih dari 2, 1 kaos 1 koko dan 2 jaket. Why did I do that? Karena saya selalu merasa dingin walau sudah mengenakan pakaian rangkap banyak plus beserta kaus kaki. Pada suatu hari saat itu, saya mengalami batuk yang tak terperikan, hingga akhirnya saya mengeluarkan dahak berwarna merah, dahak yang disertai darah.

Saat sudah kembali ke kampung halaman, Cirebon Kota Udang, tapi saya ga tinggal di kota nya, saya periksa ke Puskesmas dan rumah sakit terdekat. Ternyata dari hasil rontgen dokter menyimpulkan bahwa saya terkena penyakit Pneumonia. Namun, untuk lebih memastikan lagi, dokter menyuruh saya untuk cek dahak. Tapi saya malas untuk memastikan apakah benar ada penyakit itu dalam diri saya atau tidak. Jadi ga saya lakukan deh.

Setelah beberapa bulan saya lewati bersama seseorang yang saya rindukan sampai saat ini, saya ga ngerasa ada tanda-tanda keberadaan penyakit tersebut. Ah, mungkin penyakitnya sudah bubar.

Namun, beberapa hari  sebelum Ramadhan tahun ini, si dahak merah kembali datang. Kali ini dia datang bersama nafas yang sesak dan lagi, dingin yang tak wajar. Apakah Pneumonia itu datang lagi? Entahlah. saya selalu berusaha ber positive thinking, atau lebih tepatnya tak mempedulikan hal itu. Yang saya pikirkan saat itu adalah kerja, kerja dan kerja, pikiran yang terus ada sampai saya menulis ini. Walau sakit di dada ini terus menghantui, saya tetap selalu tak mempedulikannya.

Satu peristiwa lagi yang mirip dengan beberapa hari sebelum Ramadhan tahun lalu adalah... patah hati. Walau patah hati ini tak se-ngenes tahun lalu, tapi tahun ini saya double patah hati. Orang yang selalu saya rindukan yang saya sebutkan di atas tadi, sudah memiliki kekasih yang baru. Nyesek banget sih, tapi ya biarlah. Jodoh di tangan Allah. Oh ya, tadi saya bilang double patah hati, patah hati yang berikutnya mungkin belum bisa dibilang patah hati, mungkin lebih tepat bila disebut pupus (nyetel lagu Dewa 19 deh 'pupus'). Siapa orangnya? Mmmm.. cerita gak ya.. nanti klo dia baca ini gimana.. cuek saja deh. Yang penting saya sudah mengeluarkan uneg-uneg ini. Dia adalah teman kerja di tempat saya berkerja sekarang. Sebut saja Z (klo mawar nanti mirip sama berita kriminal).

Saya bekerja di server pulsa yang tak jauh dari rumah. Sebelum keluar dari pekerjaan menjadi seorang penjaga kantin di sekolah dan pesantren Nuurus Shiddiiq, saya mengirim banyak lamaran pekerjaan ke berbagai tempat, baik secara langsung maupun via email. Gerilya pencarian pekerjaan baru itu berakhir dengan 2 pilihan. Memenuhi panggilan tes di Indomaret atau panggilan kerja sebagai operator di server pulsa. Setelah berdiskusi dengan orang tua, akhirnya saya pun memilih Tcel, server pulsa tempat saya bekerja sekarang.

Awalnya semua berjalan dengan lancar apa adanya. Saya yang terbiasa cilok (cinta lokasi) di setiap tempat yang pernah ku datangi, namun disini saya tak menemukan wanita yang sreg untuk di'cilok'i (bahasa yang terlalu dipaksakan). Hanya ada C(klo pake inisial masih mirip berita kriminal), teman 1 SMA yang dulu saat SMA tak pernah menyapa apalagi mengobrol tapi saat disini sering bercanda bareng, tapi bukan tipe perempuan yang saya idamkan banget. Dan hanya ada S (masa harus pake hamba Allah), wanita sintal yang kayanya dia cilok juga dengan teman kerja cowok yang lain, Arif (nah klo ini biar saja disebut), dan dia juga bukan tipe wanita yang saya idamkan.

Hingga suatu saat, kalau nggak salah setelah 1 bulan saya bekerja, si bos membuka lowongan lagi untuk di konter. Dari sekian banyak lamaran yang bos minta saran ke saya untuk memilih mana yang cocok bekerja disini, hingga ada 1 lamaran yang disodorkan oleh bos, "yang ini bagaimana, Din?" Dan setelah melihat-lihat lamaran itu, "wah.. pernah kerja di Malaysia". dalam hitungan detik dengan mantap saya berkata dengan gaya Anang di Indonesian Idol, "klo saya yes!"

Hari-hari pertama orang baru itu bekerja berlalu. Awalnya saya merasa biasa saja, tak ada yang spesial darinya. Tapi setelah mengenalnya lebih jauh, mulai timbul rasa yang tak biasa (jadi inget sebuah lagu 'ada rasaaa yang tak biasaaa'). Inilah wanita idaman saya. Konsisten belajar untuk selalu menutup auratnya dengan benar dan dengan alasan yang benar juga. Selalu berusaha langsung bergerak mengambil wudhu ketika mendengar adzan. Hal-hal yang saya impikan ada pada istri saya kelak.

Namun saya menolak segala rasa yang tak biasa ini. Berkali-kali saya jatuh bangun ke dalam perasaan yang saya tak mau itu ada dalam hati saya. Saya selalu menolak keinginan saya untuk jatuh lebih dalam lagi dalam perasaan itu.

Kenapa harus ditolak? Pertama dan yang utama, saya sudah menanamkan janji pada diri saya sendiri untuk setia pada orang yang diatas saya sebutkan yang masih saya rindukan sampai sekarang. Walau sekarang dia sudah punya kekasih lain, masih ada alasan konvensional dan tragis yang sudah sering terjadi pada cilok-cilok terdahulu, saya merasa tak pantas untuknya.

Namun, saya yang ketika sekolah tak pernah merasakan keakraban bersama lain jenis, apalagi pacaran, jadi setiap berinteraksi dengan lawan jenis, saya sering mengalami kesalahpahaman dalam mengartikan sikap lawan jenis terhadap saya. Tapi itu hanya berlaku pada orang yang saya suka, klo lawan jenis yang lain mah biasa aja.

Dari kesalahpahaman-kesalahpaman itulah rasa kepadanya semakin membesar dan membesar. Walau dalam hati sangat ingin dan berharap lebih, tapi saya tak bisa dan tak mau berharap lebih darinya. Sadar diri. Namun karena tiap hari bertemu, rasa itu selalu semakin membesar dan membesar, hingga akhirnya pecah. Pupus. Walau rasa itu kembali membesar dan membesar lagi, kemudian akhirnya pecah lagi. Pupus lagi.

Membesar lagi, pecah lagi. Itulah hal yang sama kurasakan beberapa hari sebelum Ramadhan tahun lalu.

Saya hanya bisa berharap, semoga Ramadhan tahun ini tak seperti tahun lalu. Semoga Ramadhan kali ini saya lebih bisa dekat dengan Sang Pencipta. Mungkin Ramadhan kali ini akan sedikit sama, tetap dilalui bersama Pneumonia yang belum jelas dan rasa yang selalu membesar dan pecah lagi itu. Tapi kali ini mempunyai semangat lebih untuk tidak mengacuhkan kedua hal itu. Semangat lebih untuk selalu berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dan menjadi lebih dekat lagi dan lagi dengan Yang Maha Pemberi Kehidupan.


The Awesomeness of The Beginning of Ramadhan (Part 1) The Awesomeness of The Beginning of Ramadhan (Part 1) Reviewed by Muhammad Najmuddin on July 01, 2014 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.