Kisahku dengan Sang Dewi Padi (Part I: In Time When You Touched My Heart)


Lagu YUI seperti I Remember You, Tokyo, Please Stay With Me, You, Love & Truth, dan lain sebagainya rajin kuputar berulang kali setiap hari tanpa rasa bosan. Kadang tanpa kusadari lagu-lagu tersebut perlahan memeras air mataku. Tapi aku tak jera. Aku tetap terus memutar lagu-lagu itu. Karena hanya dengan mendengarkan lagu-lagu itu aku bisa mengobati rinduku padanya, rinduku pada Sang Dewi Padi.

Tak ada hari aku tidak memikirkannya. Apakah dia sudah subur menguning setia menungguku, atau sudah panen bersama petani lain. Tapi terakhir kudengar kabar dari burung yang selalu mencuri kesempatan memakan padi, dia sudah akan panen bersama petani lain. Hatiku pun remuk seketika. Terhempas pasrah tak berdaya. Tak bisa berbuat apa-apa. Hanya bisa mencela. Mencela apa yang telah kulakukan padanya.

Tapi masih saja, tak ada hari aku tidak merindukannya. Setiap ku terhenti dari kesibukanku, bayangnya muncul. Bahkan saat di tengah kesibukan pun, ribuan kenanganku bersamanya menginterupsi kesibukanku.

Teringat kembali saat pertama bertemu. Lebih tepatnya pertama kali aku mengobrol dengannya. Saat itu dia sedang mengerjakan laporan magang untuk dikumpulkan di sekolah. Aku masih sangat ingat. I Remember You, lagu yang dia dengar melalui earphone dan dia dendangkan juga dengan suara halus (ga ada hubungannya sama makhluk halus). Dari sinilah aku mulai tertarik padanya, baru tertarik ya..

Ada sebuah kesempatan, saat itu sedang ada acara bedah buku di tempat ku bekerja dulu. Dan dia tentunya hadir sebagai peserta bedah buku. Aku memergokinya sedang menulis sesuatu di sebuah buku catatan kecil. Aku penasaran apa yang dia tulis dan apa saja yang ada dalam buku itu. Apakah ada pintu kemana saja? Ah, tapi itu hanya buku, bukan kantong Doraemon. Lagipula aku tak berpikir sejauh itu.

Singkat cerita, aku pun bisa meminjam buku itu darinya. Kulihat ada beberapa puisi dan setelah kutanya ternyata itu memang puisi buatannya. Curahan hatinya akan kerinduannya pada ibunya yang merantaunya ke Jakartanya. Sepertinya kebanyakan 'nya'nya.

Sebagai pecinta puisi, dan pernah membuat banyak mahakarya (jare deweke sih), saya pun makin tertarik untuk mengenal lebih dekat. Lebih tepatnya ingin memamerkan kemampuanku membuat puisi, Aku pinjam buku catatan itu darinya dengan dalih ingin membaca lebih cermat lagi puisi di dalamnya. Padahal aku menuliskan puisi yang terbuat dengan mengurai namanya. Akhirnya puisi itu pun jadi dan terlihat bagus (jare deweke sih). Puisi yang aku beri judul "In Time When You Touched My Heart" terdiri dari 20 baris, sesuai dengan jumlah huruf pada namanya. Puisi yang sempat membuat pacarku yang dulu menjadi ngamuk di kampus memborbardirku dengan makian dan bogeman mentahnya. Jujur, memang saat kubuat puisi itu, aku hanya ingin pamer. belum ada perasaan spesial seperti sekarang.

Pekerjaan mengharuskanku memilih untuk tetap di Cirebon atau hijrah ke Bogor. Dengan keadaan pacar yang sudah terlalu berlebihan dan sudah menguras kesabaranku, aku pun memilih hijrah tempat dan hijrah cinta. Memutuskan hubungan dengan pacar yang dulu, memutuskan kuliahku yang baru 2 semester yang bahkan ip pun belum kudapat. Pindah ke Bogor malah membuatku dengan Sang Dewi Padi semakin dekat. Aku sampai rela mengganti nomor xl ku. 089-769-70-669, nomor tri pengganti nomor xl yang dulu demi bisa lebih sering bertelponan dengannya. Satu-satunya nomor yang sampai sekarang masih kupakai. Bedanya sekarang nomor tersebut sudah tak bisa lagi untuk menghubunginya.
Kisahku dengan Sang Dewi Padi (Part I: In Time When You Touched My Heart) Kisahku dengan Sang Dewi Padi (Part I: In Time When You Touched My Heart) Reviewed by Muhammad Najmuddin on August 19, 2014 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.